Minggu, 18 Mei 2008

Wayang Citra


Pendahuluan
Indonesia memiliki anekaragam wayang. Keanekaragaman tersebut terbentang sepanjang sejarah pewayangan Indonesia. Wayang batu terpampang di candi-candi. Wayang beber terlukis dalam gulungan-gulungan kain dan kertas. Wayang suket mainan para gembala. Wayang kulit mainan para dalang Jawa. Wayang golek mainan para dalang Sunda. Wayang wong atau wayang orang yang menjadi mainan para anak wayang. Dan ada pula wayang citra.
Media wayang
Wayang memiliki hubungan yang erat dengan medianya. Media wayang mengalami transformasi paradigmatik dalam tradisi lisan, tulis, dan elektronik. Perubahan paradigma media tersebut berpengaruh terhadap pembentukan genre wayang.
Dalam hubungannya dengan media yang digunakan, wayang dapat diklasifikasikan ke dalam wayang lisan, wayang tulis, dan wayang elektronik. Wayang lisan adalah wayang yang menggunakan media lisan. Wayang tulis adalah wayang yang menggunakan media tulisan. Wayang elektronik adalah wayang yang meggunakan media elektronik.
Wayang lisan
Tradisi lisan dengan menggunakan medium bahasa lisan membentuk genre wayang lisan. Genre wayang lisan terdapat dalam pertunjukan-pertunjukan. Ki dalang membabar lakon-lakonnya secara lisan. Pertunjukan wayang dongeng, wayang jemblung, wayang kulit, wayang golek, dan yang sejenisnya adalah bentuk-bentuk wayang dalam tradisi lisan.
Wayang tulis
Tradisi tulis yang menggunakan medium bahasa tulisan membentuk genre wayang tulis. Genre wayang tulis terdapat dalam lontar, kitab, buku, majalah, koran. Ki dalang membabar lakon-lakonnya secara tertulis. Sastra pewayangan adalah bentuk-bentuk wayang dalam tradisi tulis.
Wayang elektronik
Media bahasa elektronik merupakan media bahasa sekunder. Tradisi elektronik yang menggunakan paradigma media bahasa baik lisan maupun tulisan secara elektronik membentuk genre wayang elektronik
Wayang elektronik terdapat dalam kaset, CD, CD-ROM, VCD, DVD, FD. Ki dalang membabar lakon-lakonnya secara elektronik. Wayang audio, wayang video, wayang multimedia, wayang digital dan wayang citra adalah bentuk-bentuk wayang dalam tradisi elektronik.
Wayang citra
Wayang citra adalah istilah yang dibuat oleh Ki Harsono Siswocarito untuk menamai wayang genre baru yang terdapat dalam mediamaya internet. Istilah tersebut digunakan untuk sebuah situs wayang di mediamaya yang dikelolanya, yaitu http://wayangcitra.blogspot.com. Kata "citra" dalam Bahasa Indonesia merupakan padanan yang tepat dari kata "image" dalam Bahasa Inggris.
Wayang citra dapat juga dinamakan wayangmaya, yaitu wayang yang menggunakan mediamaya internet. Namun wayang citra mengacu pada genre wayang, sedangkan wayangmaya mengacu pada media yang digunakannya.
Genre wayang citra dapat diklasifikasikan kedalam lakonet, wayang digital, wayang visual, wayang audio, wayang video, wayang animasi, dan wayang interaktif.
Lakonet
Lakonet adalah gabungan dari kata "lakon" (cerita wayang) dan "net" (Internet). Istilah ini dibuat oleh Ki Harsono Siswocarito untuk menamai lahirnya sebuah genre baru wayang yang dipublikasikan di Internet dalam situs http://lakonet.com. Lakon adalah genre sastra wayang lampahan untuk pertunjukan, sedangkan internet adalah mediamaya online yang terhubung secara global. Dengan demikian, lakonet adalah lakon yang dipertunjukkan dalam mediamaya internet.
Wayang visual
Wayang visual adalah wayang gambar. Gambar wayang tersebut dapat dibuat secara manual maupun digital yang kemudian dipublkasikan dalam mediamaya internet. Wayang citra visual ini hanya dapat dilihat namun tidak dapat didengar.
Wayang audio
Wayang audio adalah wayang yang menggunakan media audio seperti kaset, CD, MP3 yang kemudian dipublikasikan dalam mediamaya internet. Wayang citra aural ini hanya dapat didengar namun tidak dapat dilihat.
Wayang video
Wayang video adalah wayang yang menggunakan media audio-visual seperti VCD, DVD, FD yang kemudian dipublikasikan dalam mediamaya internet. Wayang audio-visual dapat didengar dan dilihat.
Wayang audio-visual dalam mediamaya internet antara lain terdapat dalam situs http://youtube.com. Situs tersebut mempublikasikan wayang video baik dari pertunjukan wayang kulit, wayang golek, maupun wayang orang.
Wayang digital
Wayang digital adalah wayang yang dibuat secara digital dengan piranti komputer multimedia. Wayang digital visual dibuat dengan menggunakan teknik seni lukis digital yang kemudian dipublikasikan dalam mediamaya internet.
Wayang grafik
Wayang grafik lebih dikenal dengan komik atau cerita wayang bergambar. Wayang grafik dapat dibuat baik secara manual maupun digital. Komik wayang tradisional dibuat secara manual; sedangkan wayang grafik modern dibuat secara digital. Wayang grafik kemudian dipublikasikan dalam mediamaya internet.
Wayang animasi
Wayang animasi adalah wayang yang dibuat secara digital dengan menggunakan piranti komputer multimedia yang membentuk citra visual yang hidup. Berbeda dengan wayang digital visual yang statis, wayang animasi bersifat dinamis. Wayang animasi tersebut kemudian dipublikasikan dalam mediamaya internet.
Wayang animasi dalam mediamaya internet antara lain terdapat dalam situs http://youtube.com. Situs tersebut banyak mempublikasikan wayang animasi yang besumber pada wayang grafik dinamik, dalam bentuk animasi dua dimensi.
Wayang interaktif
Wayang interaktif adalah wayang yang dibuat secara interaktif antara ki dalangmaya dengan komunitasmaya dalam mediamaya internet. Wayang interaktif ini dibuat dengan menggunakan cyberteks yang memberikan fasilitas interaktif dalam mediamaya internet. Wayang interaktif ini masih merupakan genre rintisan dalam situs http://wayanggenre.blogspot.com yang merupakan link lanjutan situs http://wayangcitra.blogspot.com yang dikelola oleh Ki Harsono Siswocarito.
Simpulan
Terdapat transformasi paradigmatik dalam sejarah pewayangan. Transformasi tersebut berhubungan dengan media yang digunakan dalam tradisi pewayangan yang mencakup tradisi lisan, tradisi tulis, dan tradisi elektronik. Tradisi-tradisi tersebut membentuk genre wayang lisan, wayang tulis, dan wayang elektronik.
Wayang citra adalah genre baru wayang postmodern yang menggunakan paradigma media elektronik. Wayang citra juga dapat dinamai wayangmaya karena menggunakan mediamaya internet. Wayang citra memiliki genre-genre yang berupa lakonet, wayang visual, wayang audio, wayang video, wayang digital, wayang grafik, wayang animasi, dan wayang interaktif.

Minggu, 24 Februari 2008

Sastra Pedalangan


I. Pendahuluan
Sastra pedalangan tampaknya belum masuk dalam sebuah entri tersendiri dalam kamus sastra baik Indonesia maupun Jawa. Tampaknya istilah seni pedalangan lebih lazim dikenal dalam perbendaharaan kamus tersebut. Akan tetapi, sastra pedalangan berbeda dengan seni pedalangan. Sastra pedalangan lebih mengacu pada rekabahasa dalang; sedangkan seni pedalangan mengacu pada dramaturgi atau seni pertunjukan wayang.
Sastra pedalangan juga berbeda dengan sastra pewayangan. Perbedaan tersebut tampak pada sastra pewayangan yang lebih mengacu pada cerita-cerita wayang, sedangkan sastra pedalangan lebih mengacu pada lakon-lakon garapan dalang dalam seni pertunjukan wayang.
II. Metodologi
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian pustaka dengan menggunakan wayang audio berjudul Jaya Renyuan garapan ki dalang Dede Amung Sutarya. Data diperoleh dengan mendengarkan kaset tersebut dan melakukan transkripsi pada unsur-unsur yang dibahas. Kemudian data tersebut dikaji dengan mengacu pada referensi tentang sastra pewayangan dan seni pedalangan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
III. Pembahasan
Sastra pedalangan adalah rekabahasa dalang dalam seni pertunjukan wayang. Sastra pedalangan terdiri dari murwa atau pelungan (suluk pembuka pedalangan), nyandra janturan (deskripsi jejer adegan pertama) dan pocapan (narasi adegan), suluk (puisi padalangan), antawacana (dialog wayang), sabetan (bahasa tubuh wayang), suara (bunyi, celotehan, dan onomatopi), tembang (nyanyian), mantra (puisi magis), dan lakon (cerita wayang).
A. Murwa
Murwa adalah suluk pembuka dalam pertunjukan wayang. Pedalangan Jawa Timur menggunakan istilah pelungan; pedalangan Jawa Tengah menggunakan istilah ilahengan; dan pedalangan Jawa Barat menggunakan istilah murwa. Di bawah ini adalah contoh murwa pendek pedalangan Jawa Barat.
Kembang sungsang binang kunang
Cahaya nira kadya gilang gumilang
Murwa panjang di bawah ini dari pedalangan Jawa Barat.
Adam adam babuh lawan
Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya
Dangiang wayang wayanganipun

Perlambang alam sadaya

Semar sana ya danar guling
Basa sem pangangen-angen
Mareng ngemaraken Dzat Kang Maha Tunggal
Wayang agung wineja wayang tunggal
Wayang tunggal
B. Nyandra
Nyandra adalah deskripsi adegan dengan menggunakan bahasa prosa dalam per-tunjukan wayang. Terdapat dua jenis nyandra: janturan dan pocapan. Janturan adalah deskripsi adegan dengan iringan gamelan; dan pocapan adalah narasi adegan tanpa iringan gamelan.
1. Contoh Janturan
Suh rep data pitana! anenggih wau kocapa negara ing pundi ingkang kaeka adi dasa nama purwa, eka sawiji adi linuwih dasa sapuluh nama iku panjenengan purwa nami wiwitan. Sandyan katah titahing dewa kasongan ing akasa, sinangga ing pertiwi, kaideng ing samudra, tebih ing parang muka, dasar negara Dwarawati silokane jero tancebe, jembar laladane, gede obore, duwur kukuse, padang jagate, adoh kakoncarane. Sigeg ingkang murweng kawi paparab kang dadi nalendra, inggih kang ngarenggani pura, jejeneng Sri Maha Batara Kresna ya Prabu Jenggalamanik, Prabu Harimurti, Prabu Padmanaba, Prabu Basudewaputra, saweg dipunadep dening ingkang rayi Arya Setiyaki lan ingkang raka Patih Udawa. Sreg tumeluk kaya kuncim pertala mukanipun sarta kadiya tata malih krama paningalipun Padmanegara lan Udawa saking ajrih dateng pangkonan. Samya prapta ngabiyantara, jajar denira pinara.
Dan di bawah ini contoh janturan adegan berikutnya.
Nyariosaken wontening pasanggrahan Ran-duwatangan. Prabu Darmakusuma, Bratasena, Arjuna, Nakula lan Sadewa, teu kakantun para pahlawan, Drestajumena, Bangbang Irawan, Raden Pancawala, Raden Sumitra, teu kakantun para tamtama, bintara, parantos siap siaga ngantos dawuhan Sri Mahabatara Kresna. Satumbakna, sagadana, sapedangna, sapanahna, samapta parabot perang teu kakantun.
2. Contoh Pocapan
Pocapan adalah nyandra yang tidak diiringi gamelan untuk menceritakan peristiwa dalam adegan. Di bawah ini adalah contoh pocapan dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya:
Padmanegara nyandak dua hulusapu bade dicipta ku Kresna. Atuh Kresna rep sidakep ana sinuku tunggal babakane caturdriya--catur papat, driya angen-angen, sir budi cipta kalawan rasa. Pangambung teu diangge ngangse; soca teu diangge ningal; cepil teu diangge ngarungu; baham teu diangge ngucap lir ibarat anu paeh ngadeg, nanging bentena pedah ngangge ambegan.
Nanging tadige manggahing nu Mahakawasa teu weleh nganter ka manusa rek hade rek goreng asal tanggel jawab dirina pribadi. Maksudna diduluran, maksadna diijabah. Ilang dua hulu sapu, janggelek dados ponggawa, anu hiji dados satria.
Dan di bawah ini contoh pocapan penutup adegan yang sekaligus sebagai pengantar ke adegan berikutnya.
Kebat! Sri Mahabatara Kresna kaliyan ingkang rayi Padmanegara samadia tumindak dateng pasanggrahan Randuwatangan.
C. Suluk
Suluk adalah citra yang dinyanyikan oleh ki dalang dalam pakeliran wayang. Di bawah ini adalah contoh suluk dari pedalangan Jawa Barat.
Saur nira tandana panjang
Sinenggih sabda ya uninga lawan
Sabda ya uninga lawan
Sauri nira tandana panjang sinengih
Sabda uninga
wis mama
Ulun layu dening sekti ala bakti dening asih
Ya dening asih
Wong asih ora katara

Dan di bawah ini adalah contoh suluk “Greget Saut”.
Murca sekarang wawang
Murca ya sekarang wawang
Swala salin busana
Murca sekarang wawang
Swala salin busana
Murub mubyar cahayanira
Kadia prada tinabur
Kadia kunang-kunangan
Kunang-kunangan
D. Antawacana
Antawacana adalah dialog antartokoh wayang. Sedangkan antawacana antara tokoh wayang dengan nayaga, wirasuara, atau juru kawih dinamakan dialog samping (aside). Antawacana biasanya disampaikan setelah pocapan. Di bawah ini contoh dialog dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya.
Kresna: Eladalah, Yayi, Yayi Setiaki.
Setiaki: Kaula nun.
Kresna: Kakang Patih Udawa.
Udawa: Lo, lo, lo, Hahahah… pun kakang Patih Udawa.
Kresna: Marajeng ka payun calikna.
Setiaki: Ti payun anu kapihatur pun rayi nyanggakeun sembah pangabakti mugiya ditampi.
Kresna: Sembah Rayi ditampi kudua panangan kiwa kalawan tengen, disimpen di luhur dina embun-embunan, di handap dina pang-konan, dicatet dina tungtung emutan anu teu keuna kuowah gingsir.
Setiaki: Ngahaturkeun nuhun. Kalih perkawisna—
Kresna: Kumaha, Yayi?
Setiaki: Bilih aya kalepatan ageng sumawanten alit, agung cukup lumur, neda jembar hapunten anu diteda.
Kresna: Perkawis kalepatan sok bujeng ku aya basana menta dihampura, sanaos teu aya basana akang parantos jadi lautan hampura kana kalepatan sampean, Yayi.
Setiaki: Ngahaturkeun nuhun.
E. Sabetan
Sabetan adalah gerak wayang yang meliputi tarian, lakuan, dan lagaan. Tarian adalah gerak wayang yang diiringi nyanyian dan gamelan untuk memasuki atau keluar panggung, serta tarian-tarian Panakawan dalam adegan gara-gara. Lakuan adalah gerak wayang yang hanya diiringi kecrek atau kendang untuk menghidupkan aspek dramaturgi pedalangan. Sedangkan lagaan adalah gerak wayang dalam peperangan baik dengan iringan gamelan maupun hanya diiringi kecrek dan kendang.
F. Suara
Suara dapat berupa teriakan, jeritan, aduhan, tobatan, atau bunyi tiruan yang berupa onomatopia. Suara merupakan pelengkap sabetan lagaan.
G. Tembang
Tembang adalah nyanyian yang dilantunkan oleh pesinden, wirasuara, atau dalang. Tembang pembuka pakeliran dilantunkan olen pesinden. Tembang pengiring pakeliran dilantunkan oleh pesinden dan wirasuara. Tembang dalam adegan Limbukan dan Gara-gara dilantunkan oleh dalang yang berkolaborasi dengan pesinden atau bintang tamu. Di bawah ini adalah tembang pembuka dari pedalangan Jawa Barat:
Sampurasun dulur-dulur
Nu aya di pilemburan
Wilujeng patepang dangu
Ti abdi saparakanca
Ti abdi saparakanca
Gamelan Munggul Pawenang
Nyanggakeun hiburanana, Juragan
La mugiya janten panglipur
Pangbeberah duh kana manah

Sedangkan tembang berikut ini adalah yang dinyanyikan oleh dalang Dede Amung Sutarya dalam lakon Jaya Renyuan:
"Lagu Nu Ngusep"
Barung herang liar mijah
Clom kiriwil ari anclom ngagiriwil
Mawa epan rupa-rupa
Clom kurunyud lamun anclom sok ngurunyud
Plung kecemplung plung kecemplung
Empan teuleum kukumbul ambul-ambulan
Kenur manteng jeujeur jeceng
Leungeun lempeng panon mah naksir nu mandi
Kop tah lauk mere dahareun
Mangga mangga mangga geura tuang
Geura raos ditanggung deudeuieun
Mangga mangga ulah isin-isin
Empan cangkilu ungkul dilangkung
Empan papatong kalah dipelong
Ku epan colek kalah ngadelek
Lekcom lekcom panon belek nyambel oncom 


Sedangkan di bawah ini adalah contoh tembang pengiring adegan.

Ngamumule kasenian,
Ngamumule kasenian
Ulah kur reresepan
Geuningan mah reresepan
Ngandung maksud, bapa, jeung tujuan
"Hmmmmmhh!"
Ngandung maksud jeung tujuan
Ngawujukeun deudeuh
Ngawujudkeun da persatuan
Urang saling mempertingi
Harkat darajatna seni
Pupujan nu sami sadayana mah
Geuningan sing sami-sami
"Deuh kaula nun rayi panjenengan Nakula."
Mun lepat silih dangdosan
Mun lepat silih dangdosan
Sangkan janten, dunungan
Sangkan janten sauyunan
"Rayi panjenengan Sadewa."
Tara pisan tara pisan kaawonan
Tara pisan kaawonan
Sing luyu mah geuningan
Sabilulungan
"Yayi! Bagjakeun pun kakang ti Dwarawati."
"Linggih Raka Batara."
Jungjung darajatna seni
Jungjung darajatna seni
Ku jalana hati nu murni
Persatuan persatuan ulah lali
Persatuan ulah lali kade masing
Kade kasilih kujunti
Mangga urang sasarengan
Majengken seni kagungan

H. Mantra
Mantra atau sastra mantra pedalangan ada dua kategori. Pertama, mantra yang berupa doa ki dalang dalam penyelenggaraan pakeliran. Kedua, mantra yang berupa rapalan tokoh wayang dalam mengeluarkan kesaktiannya.
Contoh pertama berupa mantra pembuka pakeliran dari Mpu Tan Akung:
Ingsun Angidhepa Sang Hyang Guru Reka,
Kamatantra: swaranku manikastagina.
Contoh kedua berupa rapalan mantra penyirepan oleh tokoh wayang Indrajit:
Rep sirep si Megananda
Wong sarewu padha tumut
Salaksa wong serah nyawa
Sastra mantra dalam pedalangan terutama banyak digunakan dalam pergelaran ritual ruwatan.

I. Lakon
Lakon dalam lakonet berasal dari cerita-cerita wayang yang dapat diklasifikasikan ke dalam cerita pakem, carangan, gubahan, and sempalan. Cerita pakem berasal dari Mahabarata, Ramayana, Serat Paramayoga, Serat Pustaka Rajapurwa, Serat Purwakandha, dll. Cerita carangan adalah versi cerita pakem yang sudah dimodifikasi oleh ki dalang. Cerita gubahan adalah versi cerita yang diadaptasi. Cerita sempalan adalah cerita wayang kreasi baru.
IV. Simpulan
Sastra pedalangan sebagai bagian dari seni pedalangan merupakan rekabahasa dalang dalam seni pertunjukan wayang. Unsur-unsur sastra pedalangan terdiri dari suluk pembuka yang dengan istilah murwa, ilahengan, atau pelungan. Deskripsi jejer adegan pertama dikenal dengan istilah nyadra atau janturan, dan narasi adegan atau narasi peristiwa yang dikenal dengan istilah pocapan. Puisi pedalangan dikenal dengan istilah suluk yang berupa greget saut, sendon, dan ada-ada. Dialog wayang dikenal dengan istilah antawacana, catur, atau ginem. Bahasa tubuh wayang dikenal dengan istlah sabetan yang meliputi tarian, lakuan dan lagaan. Suara meliputi bunyi, celotehan, dan onomatopi. Tembang atau nyanyian baik yang dilakukan oleh dalang, pesinden, wiraswara, maupun bintang tamu. Puisi magis atau sastra mantra pedalangan. Dan lakon atau cerita wayang.
References
Haryanto, s. 1992. Bayang-bayang Adhiluhung. Semarang: Dahara Prize.
Prabowo, Dhanu Priyo, dkk. 2007. Glosarium Istilah Sastra Jawa. Jakarta: PT Buku Kita.
Purwadi. 1994. Karno Tandhing. Solo: Amigo.
Sukatno, Anom. 1993. Janturan lan Pocapan Ringgit Purwo. Sukoharjo-Surakarta: Cendrawasih.
Susetya, Wawan. 2007. Dhalang, Wayang dan Gamelan. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Sutarya, Dede Amung. 1977. Jaya Renyuan. Indonesia: Gita Record Metropolitan.
Timoer, Soenarto.1988. Serat Wewaton Padhalangan Jawi Wetanan II. Jakarta: Balai Pustaka.

Selasa, 19 Februari 2008

Senin, 14 Januari 2008